Selasa, 03 September 2013

Choice 2

>>>Namanya Danu. Tahun 2002 dia menikah dengan seorang wanita yg dikenalnya selama 2tahun.

>>> Istrinya adalah seorang wanita karir. Berpendidikan tinggi. Cantik. Cerdas. Usianya 3 tahun lebih muda dari Danu.

>>>Awal menikah, kehidupannya sempurna. Danu menjadi lelaki paling bahagia di dunia. Karir melejit, keluarga harmonis..

>>>Hebatnya, meski wanita yg berkarir di perkantoran, istrinya selalu melayani Danu sepenuh hati. Terutama masak.

>>>Istri Danu tak mengizinkan pembantunya memasak utk Danu. Harus dia yg memasak utk suaminya.

>>>Danu bahagia sekali mendapat pelayanan luar biasa dari sang istri. Tak seperti teman-teman kantornya.

>>> Teman-teman di kantornya juga beristri wanita karir, tapi mereka hidup dari masakan pembantu.

>>> Ini yg membuncahkan kebahagiaan Danu. Dia merasa menang dari teman-teman di kantornya.

>>> Kebahagiaannya bertambah-tambah saat istrinya hamil. Senang sekali dia.

>>>Namun beberapa bulan kemudian, ada perubahan sikap pada istrinya. Istrinya terasa dingin saat berkomunikasi dengannya.

>>>Saat itu ia berpikir, mungkin karena sedang hamil,jadi hormonnya tdk stabil. Dia tak ambil pusing


>>> Menjelang kelahiran anak pertamanya, dia merasa istrinya semakin aneh. Semakin jarang ia mendengar istrinya tertawa.

>>>Istrinya mulai sering marah-marah. Istilahnya, from small thing to big thing. Urusan kecil selalu jadi urusan besar.

>>>Semua urusan bisa menjadi pemicu kemarahan bagi istrinya. Danu sering ingatkan kehamilannya. Istrinya tak peduli.

>>> "Kamu sedang hamil..jangan sering marah2..nanti janinnya stres kalo kamu marah-marah begitu.." Kata Danu.

>>>Tak sedikitpun istrinya menggubrisnya. Setiap urusan masih jadi pemicu kemarahannya.

>>>Hari persalinan pun tiba. Singkat cerita, istrinya melahirkan anak pertamanya dengan selamat. Ia senang sekali.

>>> Tapi yg membuatnya bingung, pasca melahirkan, belum ada perubahan sikap pada istrinya. Tetap dingin & emosional.

>>>Danu mulai uring-uringan melihat tingkah istrinya. Karena sikap istrinya yg tak bisa ditebak itu, ia mulai terpancing.

>>> Ia mulai meladeni kemarahan istrinya. Mereka mulai sering bertengkar. Bahkan hanya gara-gara popok. Semua di dramatisir.

>>>Puncaknya, 2 bulan setelah melahirkan, istrinya pergi. Istrinya hanya berkata mau ke salon. Danu menjaga anaknya dirumah.

>>>Tapi rupanya itulah pertemuan terakhir dengan istrinya. Sejak istrinya pamit ke salon itu, istrinya tak pernah kembali.

>>> Ya,tak pernah kembali lagi. Entah kemana. Danu tak bisa menghubungi nomornya. Istrinya bagai lenyap ditelan bumi.

>>> Berbulan-bulan Danu stres berat. Ia kebingungan. Seringkali tiba-tiba ia menangis. Lalu bicara sendiri seperti orang gila.

>>>Tapi untungnya kondisi itu tak bertahan lama. Ia mulai bangkit. Yg dibayangkannya hanya wajah anaknya.

>>>Demi anaknya ia harus tegar. Ia laki-laki, anaknya pun laki-laki. Ia tak mau mengajarkan kelemahan pada anaknya.

>>>Ia berpikir harus melanjutkan hidup utk masa depan anaknya. Ia tak boleh menyerah dgn kondisi yg menjepitnya ini.

>>>Ia pernah berpikir untuk mengakhiri hidupnya. Tapi tak mungkin ia lakukan. Ia hanya berpikir,siapa yg akan merawat anaknya?

>>> Ia berpikir,mengakhiri hidupnya justru menimbulkan masalah baru. Ia tahu itu dosa yg sungguh besar

>>>Ia sebetulnya punya banyak pilihan utk menghadapi takdirnya dengan kebodohan. Tapi ia tak memilih itu.

>>>. Ia memilih mengambil pilihan dengan kejernihan. Tetap bertahan, sesulit apapun kondisinya.

>>>Danu tentu tak pernah harapkan kondisi yg menimpanya itu.Tapi begitulah hidup. Selalu ada takdir yg tak sesuai dengan keinginan.

>>>Disanalah watak asli, kadar keimanan seseorang ditampakkan dengan sangat jelas. Saat seseorang dihadapkan dgn kenyataan pahit.

>>> Kita punya pilihan? Tentu. Kita punya banyak sekali pilihan tindakan utk hadapi kenyataan yg hadir di hadapan.

>>>Tanpa disadari Danu, sedikit/banyak ia pasti punya peran untuk menciptakan takdirnya hari ini.

>>>Bagaimana mungkin? Bukankah Danu tak pernah mengharapkan takdir ini datang kepadanya?

>>> Benar. Dan bukankah jika dulu ia menikahi wanita lain,atau tak menikahi istrinya itu, ceritanya akan berbeda?

>>>Siapa pula yg bisa menjamin, bahwa Danu tak pernah melakukan tindakan yg menstimulasi istrinya meninggalkan dirinya?

>>>Bukankah itu pula yg kita namakan takdir? Bukankah ia memang ujung dari apapun tindakan manusia?

>>>Jika si A tak pakai helm, lalu tabrakan dan kepalanya pecah,maka itulah takdirnya, meninggal dgn kepala pecah.

>>> Tapi,jika si A pakai helm, lalu tabrakan, patah tulang, lalu meninggal, maka itulah takdirnya. Meninggal dgn patah tulang

>>> Bahkan seseorang bisa "menentukan" dengan cara apa ia akan meninggal!

>>>Maka,cerdas sekali saat Danu tak terlalu peduli dengan takdir yg sedang menghampirinya.

>>>Agaknya Danu paham benar, bahwa tak semua takdir menyenangkan. Tapi semua takdir dariNYA pastilah yg terbaik.

>>> Bukankah menyenangkan/tidak itu hanya akibat dari persepsi seseorang akan sebuah kejadian?

>>> Jika Danu berpikir, "hidupku hancur, istriku meninggalkanku. Aku laki-laki yg gagal! " Maka itu jadi sangat menyedihkan!

>>>Bagaimana jika Danu berpikir, "Ah,akhirnya aku tahu, siapa sebenarnya wanita yg telah kunikahi itu..ini jd pelajaran berharga.."

>>> Tentu akan beda perasaannya,bukan? Satu kejadian,punya kesempatan dimaknai dgn banyak makna.

>>> Lalu, bukankah tak mungkin DIA hadirkan kondisi yg tak sesuai dgn kekuatan manusia yg akan menghadapinya?

>>>"Saya tak kuat lagi menghadapi ini.." <-- apa yg membuatmu berpikir tak kuat? Kekuatan itu parameternya apa?

>>>Jika memang tak kuat, apa efek terburuk dari sebuah tekanan? Bukankah kematianlah yang paling buruk? Ada yg lebih buruk?

>>> Ya,kita punya banyak sekali pilihan utk hadapi takdir yg hadir. Termasuk berpikir bhwa apapun yg hadir adlah yg terbaik dariNYA.

>>>Pilihan tindakan itulah akan menentukan, seperti apa perasaan yg akan mendampingi kenyataan.

>>>Let's enjoy your high quality life! -the end-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar